Live Streaming
Radio Anak Muda No.1 Di Bandung
Home » News » Sederhana Tapi Bermakna
Sederhana Tapi Bermakna


Sejak diunggah pada tanggal 17 Agustus 2020, Tilik berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia dengan lebih dari 12 juta views. Sifat julid yang dimiliki oleh sosok Bu Tejo mampu menjadi perbincangan masyarakat di media sosial. Isu yang diangkat memang memiliki kedekatan dengan kebiasaan orang Indonesia. Untuk menghasilkan karya ciamik ini, tim produksi tentunya melewati waktu yang panjang dan tidak sesederhana judulnya.

Berawal dari perbincangan di angkringan
Kamu tau gak? ternyata ide dalam pembuatan film ini bermula ketika penulisnya Bagus Sunartono dan sutradara Tilik Wahyu Agung Prasetyo bercerita tentang pengalamannya yang melihat Ibu- ibu tilik ke PKU Muhammadiyah Kota, tapi sebenernya mereka hanya tilik sebentar karena mau ke Malioboro.

Perbincangan itu menghasilkan ide untuk mengangkatnya menjadi sebuah film yang bisa menggambarkan secara visual dan audio. Sebenarnya butuh waktu dua tahun untuk menuangkan ide ke dalam sebuah film. Terlebih lagi pada tahun 2016 mereka gak memiliki effort dan dana untuk memproduksi secara independen hingga akhirnya mendapatkan Dana Keistimewaan.

Membuat cerita dengan observasi langsung
Setelah mendapatkan Dana Keistimewaan, tim produksi mulai mengerjakan film dalam kurun waktu 8 bulan. Gak hanya itu, mereka melakukan observasi di Saradan Desa Terong Kecamatan Diligo Kabupaten Bantul untuk mengetahui lebih dalam tentang tilik.

Demi memahami apa yang terjadi selama perjelanan, tim produksi ikut perjalanan tilik dengan naik truk. Disanalah tercipta perbincangan mengenai berbagai hal dan ternyata masyarakat juga memanfaatkan momen ini untuk mencari hiburan dengan singgah ditempat hiburan.

Selain memperkenalkan solidaritas masyarakat desa untuk berempati dalam menjenguk orang yang sakit, film ini mengangkat tentang penyebaran berita hoax yang pada saat itu mulai merajalela. Dikutip dari kumparan.com, Agung sebagai sutradara mengatakan kalau ternyata masyarakat desa masih menjadi korban dalam black campaign.

Mereka masih kurang untuk melakukan verifikasi tentang suatu berita dan alhasil sering menyimpulkan dari perspektif sendiri. Dengan film ini diharapkan juga bisa menjadi media edikasi untuk masyarakat dalam menghadapi hoax.

film ke enam dengan banyak apresiasi
film yang produseri oleh Elena Rosmeisara ini mendapatkan apresiasi dari kritikus film, Joko Anwar misalnya, ia mengatakan kalau film ini memiliki alur yang sederhana tapi ‘gigit’. Tapi ada juga yang memberikan kriik terhadap film ini. namun Agung mengatakan kalau apresiasi dan kritik menjadikan dunia industri film menjadi sehat dengan memperhatikan karya kedepannya.

Rilis di platform Youtube bersamaan dengan hari kemerdekaan Indonesia, menunjukan kalau kemerdekaan juga berlaku untuk karya. Tim produksi memutuskan untuk menggratiskan film ini karena dianggap penting untuk diketahui publik setelah lama berkeliling di festival Indonesia.

Copyright © 2019 Designed by: ARDAN RADIO 105.9 FM